Hadis dla’if menurut derajat kedla’ifannya
dapat dibagi menjadi dua bagian;
1. Hadis yang kedla’ifannya
ringan, tidak berat, dimana apabila didukung dengan hadis yang setingkat
dengannya akan hilang dla’ifnya, dan meningkat menjadi hasan
lighairihi. Seperti karena rawinya adalah seorang yang dla’if yang
masih ditulis hadisnya, tetapi tidak bisa menjadi argumen apabila hanya
diriwayatkan-nya seorang diri, atau karena di dalam sanadnya terdapat inqitha’
(keterputusan) karena mursal, atau tadlis.
2. Apabila tingkat
kedla’ifannya berat, maka tak ada artinya banyaknya tabi’
(pendukung), yaitu apabila rawinya pendusta atau tertuduh pendusta, matruk
karena buruknya hafalan atau karena banyaknya kesalahan, atau majhul ‘ain
yang tak diketahui sama sekali identitasnya.
Contoh Hadis Dla’if
berat, dengan sebab kedla’ifan dalam hal ‘adalah (keadilan)
adalah; Hadis yang dikeluarkan oleh al-Khathib al-Baghdadi di dalam Iqtidla’ al-Ilmi al-‘Amali
(69) dengan jalan;
عَنْ أَبِي
دَاوُدَ النَّخَعِي، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عُبَيْدِ اللهِ الْغَطْفَانِي، عَنْ
سَلِيْكٍ، قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: إِذَا
عَلِمَ الْعَالِمُ وَلَمْ يَعْمَلْ، كَانَ كَالْمِصْبَاحِ يُضِيْءُ لِلنَّاسِ،
وَيَحْرُقُ نَفْسَهُ
Dari Abu Dawud an-Nakha’i, telah
menceritakan kepada kami ‘Ali bin Ubaidilah al-Ghathfani, dari Salik, ia
berkata; Aku mendengar Nabi saw bersabda; Apabila seorang berilmu mengetahui
tetapi tidak mengamalkan, maka ia seperti lampu yang menyinari orang lain
tetapi membakar dirinya sendiri
Di dalam sanad ini, nama Abu
Dawud an-Nakha’iy adalah Sulaiman bin Amr. Tentang rijal ini Imam Ahmad
berkata, “Dia pernah memalsukan hadis”. Ibnu Ma’in berkata, “Dia orang yang
paling dusta”. Murrah berkata, “Dia dikenal telah memalsukan hadis”. Al-Bukhari
berkata, “Dia ditinggalkan hadisnya, Qutaibah dan Ishaq menuduhnya sebagai
pendusta”.
Dengan demikian hadis tersebut
melalui sanad ini adalah maudlu’, karena kedla’ifan
periwayatnya dalam hal ‘adalah (keadilannya).
Contoh hadis Dla’if berat
yang disebabkan oleh kelemahan rawinya dalam dlabth, yaitu hadis
yang dikeluarkan oleh Abu Nu’aim di dalam kitab Hilyatu al-Auliya’
(8/252) dengan jalan;
عَنْ عَبْدِ
اللهِ بْنِ خُبَيْقٍ، حَدَّثَنَا يُوْسُفُ بْنُ أَسْبَاطٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ
عُبَيْدِ اللهِ الْعُرْزُمِيّ، عَنْ صَفْوَانَ بْنِ سَلِيْمٍ، عَنْ أَنَسٍ بْنِ
مَالِكٍ، قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَكْرَهُ
الْكَيَّ وَالطَّعَامَ الْحَارَّ، وَيَقُوْلُ: عَلَيْكُمْ بِالْبَارِدِ، فَإِنَّهُ
ذُوْ بَرَكَةٍ، أَلاَ وَإِنَّ الْحَارَّ لاَ بَرَكَةَ فِيْهِ
Dari Abdillah bin Khubaiq, telah
menceritakan kepada kami Yusuf bin Asbath, dari Muhammad bin ‘Ubaidillah
al-Urmuzi, dari Shofwan bin Salim, dari Anas bin Malik, ia berkata; Rasulullah
saw membenci cos dan makanan panas, dan beliau bersabda; Hendaklah kalian
(memakan makanan) yang dingin, karena padanya terdapat berkah. Ketahuilah bahwa
(makanan) yang panas tidak ada berkahnya.
Di dalam sanad hadis ini,
Muhammad bin Ubaidullah al-‘Urzumiy adalah rijal yang matruk (ditinggalkan
hadisnya) karena buruk hafalannya. Pada mulanya ia adalah seorang yang shalih
tetapi kemudian kitabnya hilang, sehingga dia mengajarkan hadis dari
hafalannya. Dari itulah ia mengajarkan hadis tidak seperti yang tidak diajarkan
oleh orang-orang yang siqah, sehingga ahli hadis meninggalkan hadisnya.
0 komentar:
Posting Komentar
thank you for your comment (شكرا)