Para pelajar hendaklah mendalami
kitab-kitab sunan seperti Kutub as-Sittah, al-Muwaththa’ karya
Imam Malik, dan Musnad karya Imam Ahmad.
Yang dimaksud dengan Kutub
as-Sittah; adalah ash-Shahihain, Sunan Abu Dawud, Jami’ at-Tirmidzi,
Sunan an-Nasa’i dan Sunan Ibnu Majah.
Yang dimaksud dengan kitab Sunan adalah
kitab yang ditulis dengan mengikuti urutan bab fiqh, seperti Iman, Thaharah,
salat, zakat, dan seterusnya, dan kebanyakan berisi hadis marfu’,
sedikit dan jarang sekali memuat khabar mauquf[1].
* * *
SUNAN ABU DAWUD
Penyusunnya adalah Abu Dawud
Sulaiman bin al-Asy’ats bin Ishaq al-Azdi as-Sijistani. Beliau mengkhususkan
kitabnya dengan hadis-hadis hukum, di dalamnya tidak terdapat kitab zuhud
dan fadha-ilul a’mal. Di dalam surat beliau kepada penduduk Makkah,
dalam mengomentari kitabnya sendiri (h.34), beliau berkata, “Dan tidaklah aku
menyusun di dalam kitab as-Sunan ini melainkan hadis-hadis hukum, tidak
aku masukkan kitab zuhud, fadha-ilul a’mal dll”
Kitab beliau yang bernama as-Sunan
adalah salah satu kitab yang sangat dibutuhkan, hanya saja beliau tidak
mempersyaratkan derajat sahih untuk hadis yang tercantum di dalamnya.
Sehingga di dalamnya berisi hadis sahih,
hasan, shalih, dla’if, dan munkar.
Beliau juga tidak mempersyaratkan
disebutkannya semua hadis tentang suatu bab, tetapi hanya dipilihkan yang
bermanfaat saja, dan kadang-kadang beliau menyebutkan satu hadis dari jalan
yang berbeda-beda karena ada ziyadah, baik dalam matan maupun sanad.
Dan kadang-kadang pula dibicarakan pada sebagian hadis tentang i’lalnya,
menyebutkan ikhtilaf (perbedaan) perawinya.
Beliau telah membicarakan kitab
Sunannya secara terperinci di dalam surat yang beliau tulis untuk penduduk
Makkah. Ini adalah surat yang sangat bermanfaat, semoga Allah swt. Memberikan rahmat kepada beliau
dengan rahmat yang luas.
* * *
JAMI’ AT-TIRMIDZI
Penyusunnya adalah Abu Isa Muhammad
bin Isa bin Saurah, bin Musa bin adh-Dlahhak as-Sulami, al-Bughi, at-Tirmidzi.
Beliau mengalami kebuta-an di akhir usianya.
Sebagaimana yang telah saya baca di
dalam suatu manuskrip kitab Jami’ yang mu’tamad, yang benar kitab
Imam Tirmidzi bernama al-Jami’ al-Kabir. Kemudian ada yang menyebutnya
secara berlebihan dengan nama al-Jami’ ash-Shahih, tetapi nama inilah
yang masyhur. Hanya saja, di dalam kitab
ini terdapat sejumlah hadis dla’if, munkar, dan maudlu’.
Tirmidzi adalah murid Imam Bukhari,
dan pengikut beliau dalam metode penulisan hadis. Beliau juga banyak menukil
pendapat Imam Bukhari dalam membicarakan kondisi periwayat, sima’ (cara
mereka mendengarkan hadis), dan i’lal terhadap hadis periwayat tersebut.
Metode penulisan Kitab Jami’ ini
berbeda dengan metode yang digunakan oleh Abu Dawud dalam menuliskan kitab Sunan,
khususnya at-Tirmidzi memasukkan bab-bab tentang zuhud dan fadha-ilul
a’mal, bab yang tidak dicantumkan di dalam Sunan Abu Dawud.
Kitab ini adalah kitab yang
menyeluruh, besar manfaatnya, terkumpul di dalamnya ilmu riwayah hadis, dirayah,
i’lal, ahwal rijal, dan madzhab-madzhab ahli ilmu dalam bab fiqh.
Hanya saja at-Tirmidzi di dalam kitabnya ini menggunakan istilah-istilah
tersendiri untuk menyebut status kualitas hadis-hadisnya. Tindakan ini
memungkinkan terjadinya perbedaan pengertian dengan para ulama’ lainnya.
Istilah itu antara lain hasan sahih, hasan gharib, hasan sahih gharib,
atau hasan laisa isnaduhu bidzalika al-qaim (hasan tetapi sanadnya tidak
lurus).
Di dalam buku ini bukan tempatnya
untuk menjelaskan maksud dari istilah-istilah tersebut. Saya telah membahasnya
secara sederhana di dalam Syarah (penjelasan)
terhadap kitab al-Mauqidhah karya adz-Dzahabi, dan al-Hasan fi mizan
al-Ihtijaj. Dan kadang-kadang at-Tirmidzi terlalu sembrono dalam menentukan
status tersebut, dengan segala perbedaannya, sebagaimana telah saya jelaskan di
dalam beberapa tulisan.
Secara umum kitab ini termasuk kitab
yang sangat bermanfaat.
* * *
SUNAN AN-NASA’I
Penyusunnya adalah Ahmad bin Syu’aib
bin ‘Ali bin Sinan bin Bahr bin Dinar Abu ‘Abdurrahman an-Nasa’i.
Di dalam kitab sunan ini terdapat
hadis sahih, dla’if, dan sangat dla’if.
Adalah suatu kesalahan apabila ada
yang menganggap hadis dalam Sunan an-Nasa’i semuanya sahih. Di dalam kitab ini
ada ungkapan terhadap sebagian hadis yang tidak difahami dengan baik kecuali
oleh orang yang telah diberikan ilmu dan pengetahuan oleh Allah. Di dalam kitab
ini terdapat pembahasan tentang i’lal dan perbedaan pendapat. Kitab ini terhadap kitab-kitab sunan
bagaikan satu mutiara di dalam untaian permata[2]
Apabila disebut Sunan an-Nasai saja
maka yang dimaksudkan adalah Sunan al-Mujtaba, yaitu sunan karya beliau
yang Sughra, Beliau juga memiliki Sunan Kubra. Kitab al-Mujtaba
bukanlah kitab hasil ringkasan murid beliau, Ibnu as-Suni, sebagaimana
didakwakan oleh sebagian ulama. Al-Mujtaba’ adalah karya beliau dan hasil
seleksi beliau. Allahu a’am.
* * *
SUNAN IBNU MAJAH
Penyusunnya adalah Abu Abdullah
Muhammad bin Yazid bin Majah, ar-Rabi’iy al-Qazwainiy.
Kitab beliau ini cukup bermanfaat,
hanya saja kedudukannya di bawah lima kitab hadis terdahulu. Di dalam kitab ini
terdapat banyak hadis-hadis dla’if, dan sejumlah hadis.
Catatan;
Apabila ahli hadis mengatakan, “Hadis yang diriwayatkan
atau dikeluarkan oleh as-Sittah” maka maksud dari ungkapan tersebut
adalah hadis yang dicantumkan di dalam kitab Shahih Bukhari, Shahih Muslim,
Sunan Abu Dawud, Jami’ at-Tirmidzi, Sunan an-Nasa’i, dan Sunan Ibnu Majah.
Dan apabila dikatakan, “Diriwayatkan
atau dikeluarkan oleh al-Arba ’ah”, maka yang dimaksudkan adalah Sunan
Abu Dawud, Jami’ at-Tirmidzi, Sunan an-Nasa’i, dan Sunan Ibnu Majah.
* * *
MUWATHTHA’ IMAM MALIK
Kitab Muwaththa’ adalah,
kitab yang ditulis dengan urutan sesuai bab-bab fiqh, hanya saja berbeda dengan
kitab Sunan dari segi kandungan kadis marfu’, mauquf dan maqthu’[3]
Imam Malik adalah Malik bin Anas bin
Malik bin Abu Amir bin Amru bin al-Harits, Abu Abdillah al-Madaniy, syaikhul
Islam, dan Imam Darul Hijrah.
Muwaththa’ memuat hadis sahih yang jumlahnya
sangat besar, dan sedikit hadis dla’if. Di dalamnya terdapat kata mutiara yang
tidak ada hukumnya kecuali apabila jelas sanadnya.
Tentang kitab ini Imam Syafi’i
berkomentar, “Aku tidak mengatahui adanya kitab yang paling sahih setelah
kitabullah, selain dari muwatha’ karya Imam Malik”. Komentar Imam syafi’i ini
dikemukakan sebelum adanya kitab shahih Bukhari dan Muslim. Sebab ummat telah
sepakat bahwa kitab yang paling sahih setelah Alqur’an adalah shahihaini.
Di dalam kitab al-Muwaththa’ ada
pendapat-pendapat dan hukum-hukum menurut imam Malik yang harus dipegangi
dengan kuat.
* * *
MUSNAD IMAM AHMAD
Musnad adalah kitab yang disusun oleh pengarangnya dengan
mengurutkan daftar nama shahabat, lalu ditampilkan hadis-hadis yang
periwayatannya sampai kepadanya, dari seorang shahabat tertentu di dalam musnad
shahabat tersebut, kemudian shahabat lain di dalam musnad shahabat
lainnya. Demikianlah kitab ini disusun, dengan mengesampingkan tema hadis.
Kitab musnad yang paling
terkenal, paling luas, paling banyak manfaatnya adalah Musnad Imam Ahmad bin
Hanbal. Ada yang mengatakan, kitab ini memuat sekitar 40.000 hadis, ada
yang menyebutkan 30.000 hadis, atau mendekati angka tersebut. Sesungguhnya
naskah Musnad Imam Ahmad yang sudah dicetak berulang-ulang kandungan hadisnya
mencapai 27.688 buah hadis. Allahu A’lam bish-Showab.
Kitab ini memuat hadis sahih, hasan
dan da’if, bahkan di dalamnya terdapat pula beberapa hadis maudlu’,
meskipun hanya sedikit, tidak seperti pengakuan sebagian orang yang menyangka
tiada hadis maudlu’ di dalam kitab ini.
Kitab ini merupakan salah satu kodifikasi hadis yang
sangat diperlukan, oleh ummat Islam. Penyusun memulai kitabnya dengan musnadnya
10 orang shahabat yang telah dijanjikan sorga, didahulukan Abu Bakar
ash-Shiddiq, Umar, Utsman, Ali, kemudian shahabat yang lainnya yang termasuk
sepuluh itu. Kemudian disebutkan hadis Abdurrahman bin Abu Bakar, kemudian tiga
hadis dari tiga orang shahabat, kemudian musnad ahlul Bait,dia
menyebutkan hadis-hadis mereka, demikian seterusnya sampai tuntas dengan hadis
Syidad bin al-Had ra[4].
0 komentar:
Posting Komentar
thank you for your comment (شكرا)