Kata 'liberal', menurut Ensiklopedi Britannica (2001), diambil dari bahasa Latin liber. Kata ini pun, menurut Oxford English Dictionary, bermakna sesuai untuk orang bebas, murah hati dalam seni liberal (liberal arts). Salah satu rekaman pertama mengenai contoh kata 'liberal' muncul pada 1375 yang memang digunakan untuk memerikan liberal arts.
Dengan terbitnya masa Pencerahan (Enlightenment),
kata tersebut memperoleh penekanan positif secara lebih menentukan
dengan makna "bebas dari prasangka yang dangkal" pada 1781 dan "bebas
dari kefanatikan" pada 1823. Dan di pertengahan abad ke-19, kata
'liberal' mulai digunakan sebagai istilah yang sangat politis.
Sebagai
kata sifat, kata ‘liberal’ sering dipakai untuk menunjukkan sikap anti
feodal, anti kemapanan, rasional, bebas merdeka, berpikiran luas lagi
terbuka, dan -- karena itu – dianggap hebat. Ini terkait dengan penentangan untuk tunduk kepada kewibawaan apa pun, termasuk Tuhan -- kecuali
dirinya sendiri. Maka, jika ditelusur, liberalisme di Barat sejatinya
berakar dari semangat perlawanan terhadap Tuhan dan agama.
Di Eropa, semangat liberalisme sudah muncul sejak masa renaissance (Perancis); berasal dari kata “rinascita”
(bahasa Italia) yang artinya: kelahiran kembali. Mulanya, istilah ini
dikenalkan pertama kali oleh Giorgio Vasari pada abad ke-16 untuk
menggambarkan semangat kesenian Italia mulai abad ke-14 sampai ke-16.
Menurut Jacob Buchard, Renaissance, bukan sekedar
kelahiran kembali kebudayaan Romawi dan Yunani kuno tetapi juga
kebangkitan kesadaran manusia sebagai individu yang rasional, sebagi
pribadi yang otonom, yang mempumyai kehendak bebas dan tanggung jawab.
Setelah Renaissance,
manusia telah meninggalkan zaman kegelapan abad Pertengahan yang
didominasi kekuasaan dan nilai-nilai agama, tetapi telah menjadi manusia
yang bebas, rasional, mandiri, dan individual. Inilah
yang konon disebut sebagai “prototipe manusia modern”. (Ferguson, 1948:
194). Manusia modern adalah manusia yang sanggup dan mempunyai
keberanian untuk memandang dirinya sebagai pusat alam semesta (antroposentris) dan bukan Tuhan sebagai pusatnya (teosentris).
Manusia modern tidak lagi berpegang pada prinsip memento mori (ingatlah bahwa engkau akan mati) tetapi diganti dengan semboyan carpe diem (nikmatilah kesenangan hidup). Kata mereka: “Man can do all thing if they will.” (Manusia dapat mengerjakan apa saja, asalkan mereka mau). (Tentang Renaissance dan manusia modern, lihat, Sutarjo Adisusilo, Sejarah Pemikiran Barat, (Yogyakarta: Universitas Sanata Darma, 2007).
John Locke (1632-1704)
John Locke, secara
luas dipandang sebagai Bapak Liberalisme. Ia berperan penting dalam
pengembangan filsafat liberal. Locke secara sepadu memerikan beberapa
asas dasar pergerakan liberal di awal mulanya, seperti hak kepemilikan
pribadi dan persetujuan dari orang yang diperintah.
Pembangun
tradisi filsafat liberalisme ini menggunakan konsep hak alamiah dan
kontrak sosial untuk menyatakan bahwa aturan hukum seharusnya
menggantikan pemerintahan autokratik, bahwa pengatur menjadi ada di
bawah persetujuan yang diatur, dan bahwa individu sebagai pribadi
memiliki hak mendasar untuk hidup, bebas, dan berkepemilikan.
Dasar dari konsep konsep Kontrak Sosial adalah dakwaan bahwa manusia secara alamiah bersifat bebas dan setara (lihat Two Treatises of Government).
Hal ini menjadi dasar pembenaran dalam memahami pengesahan pemerintahan
politik sebagai hasil kontrak sosial. Sifat bebas dan setara yang
dimiliki manusia sejak awal kehidupannya, memberikannya hak "suara"
dalam pendirian suatu pemerintahan. Pemerintahan bertujuan utama untuk
melindungi hak-hak manusia seperti hak hidup, kebebasan, dan
kepemilikan.
Sifat
bebas dan setara ini begitu penting karena dapat diperluas ke ranah
kehidupan lainnya, seperti budaya, ekonomi, dan agama. Sehingga, untuk
memahami kebebasan ini secara singkat adalah bebas dari paksaan
kewibawaan apa pun yang menghilangkan sifat kemanusiaan.
Setelah John Lock, John Stuart Mill (1806-1873) dikenal juga sebagai seorang
pemikir besar liberal yang juga sangat berpengaruh. Laki-laki kelahiran
Pentonville ini melanjutkan filsafat utilitarianisme Jeremy Bentham.
Hanya saja kekhasan Mill terletak pada konsep asas kemanfaatan (utility) dalam bingkai liberalisme. Gagasannya
jelas memiliki kesamaan dalam penekanan tentang kebebasan individu.
Hanya saja, kebebasan bukanlah sebuah tujuan akhir, melainkan sebuah
sarana. Tujuan kebebasan dan tindakan insan adalah manfaat, baik
kualitatif dan kuantitatif. Dan manfaat akan mengantarkan kepada
kebahagiaan.
Tindakan
manusia tidak hanya sesuatu yang tanpa tujuan. Sebab, jika demikian
maka tindakan seseorang menjadi tidak bermakna. Manfaat, sebagai tujuan
tindakan, dilihat dari hasrat seseorang dan terdapat kriteria objektif
yang mendasarkan dirinya pada nilai kemanfaatannya bagi manusia —
khususnya bagi keseluruhan manusia.
Penekanan
Mill terhadap aspek individualitas dari individu merupakan alasan
terpenting keberadaan sebuah lembaga apa pun, termasuk pemerintah.
Karena individualitas adalah susunan utama dari kebahagiaan manusia yang
harus dijamin pemerintah. Jika tidak, maka pemerintah tersebut harus
diganti. Maka, kebebasan adalah hak manusia yang mendasar. Dari
kebebasan inilah akan muncul kreativitas dan kemajuan sosial serta intelektual.
Jika
ditelaah secara mendasar, para pemikir liberal sejatinya berawal dari
trauma terhadap “Tuhan” dan aturan-aturan agama yang pernah mendominasi
masyarakat Barat di zaman Pertengahan. Mereka berpikir, dengan membuang
Tuhan dalam kebebasan mereka, maka mereka akan merasakan kebahagiaan,
yang tak lain adalah kebebasan. Karena itu, tak heran, jika filosof
terkenal Perancis, Jean-Paul Sartre (1905-1980) memekikkan slogan yang
menolak eksistensi Tuhan. Sebab, ide tentang Tuhan membatasi kebebasan
manusia: “even if God existed, it will still necessary to reject him, since the idea of God negates our freedom.” (Karen Armstrong, History of God, 1993).
Penulis: Khayrurrijal
(Guru Pondok Pesantren Husnayain, Sukabumi)
Sumber:http://insistnet.com
(Guru Pondok Pesantren Husnayain, Sukabumi)
Sumber:http://insistnet.com
0 komentar:
Posting Komentar
thank you for your comment (شكرا)