Kamis, 17 Mei 2012

Kamis, Mei 17, 2012

KAWAN MARI BERINTERAKSI LEBIH DEKAT DENGAN AL-QUR’AN
Kita perlu mengetahui dan memahai betul Posisi dan fungsi al-Qur’an.
1.       Al-qur’an adalah wahyu dan Kalamullah (QS 4; 163)

2.       Al-Qur’an bukan sekedar kitab suci (scripture) melainkan juga petunjuk (QS 2:2), Kabar Gembira dan Rahmat (QS 31: 3)
Seringkali realitas dalam kehidupan umat Islam memperlakukan atau berinteraksi dengan al-Qur’an  masih sebatas penghormatan yang bersifat simbolis. Artinya, al-Qur’an masih sekedar dihormati seperti halnya mengkultuskan sesuatu. Contohnya ketika al-Qur’an jatuh, terinjak kaki, diletakkan pada tempat yang tidak semestinya seperti kamar mandi kita langsung menaruhnya ke tempat yang suci. Perlakuan penhormatan  itu semua tidaklah salah, namun apakah hanya sebatas itu kita memperlakukan atau berinteraksi dengan al-Qur’an? Al-Qur’an adalah Hudalinnas (petunjuk bagi manusia) sebagai wujud kasih sanyang Allah supaya manusia tidak tersesat. Petunjuk al-Qur’an itu tidak akan berfungsi kalau kita tidak bias memfungsikan, artinya al-Qur’an tidak akan mendapatkan petunjuk itu dengan sendirinya tanpa berusaha menggalinya dan mendialogkan pada problematika kehidupan.
Siapakah yang mampu mendialogkan al-Qur’an itu? Ia ialah ar-Rijal (para ahli tafsir) sehingga al-Qur’an mampu berdampak pada kehidupan. Jika al-Qur’an dibaca saja tanpa tahu maksud dan berusaha memahaminya dengan membacakan dengan realitas yang ada, maka al-Qur’an tidak berpengaruh pada kehidupan. Oleh karena itu dengan anugrah akal yang dimiliki oleh manusia, harus digunakan secara tapat dan benar dan semaksimal mungkin dalam memahami pesan langit atau kalamullah yaitu al-Qur’an. Sehingga al-Qur’an mampu menjadi syifa’ (obet) atau pemberi jawaban yang menjadi solusi problem ummat.
3.       Al-Qur’an ibarat catalog sebuah produk barang (Syaikh Sya’rawi)
Ketika Allah dengan hikmahNya menciptakan alam semesta, logikanya Allah lah yang Maha mengetahui, Maha menguasai  bagaimana cara merawat, menjaga, memperlakukan semesta ini. Oleh karena itu Allah menurunkan catalog (KalamNya) sebagai panduan. Manusia harus mencari dan menggali sedalam-dalamnya apa saja yang ada dalam pesan-pesan al-Qur’an kemudian membuktikannya dengan alam Semesta ini.
4.       Al-Qur’an bagaikan mutiara (Abdullah Dairus dalam an-Naba’ al-Adzim)
Mutiara jika dilihat dari mana saja pasti akan memancarkan cahaya. Selama ada ilmu yang menjadi sudut pandang, al-Qur’an akan memancarkan cahaya, hidaya, petunjuk. Kalau kita mengaku  cinta kepada al-Qur’an kita tidak boleh monoton dalam berinteraksi al-Qur’an. Kita harus mendialogkan dengan kondisi yang ada pada zaman kontemporer sekarang ini. Kita terus menggali sedalam-dalamnya dan sebanyak-banyaknya pesan-pesan yang terkandung di dalamnya. Kita harus mampu membahasakan bahasa langin dengan bahasa bumi sehingga al-Qur’an shhalih likulli zaman wa makan (relefan dimanapun dan kapanpun). Dan kita wujudkan konsep-konsep baru, ilmu-ilmu baru yang ada dalam al-Qur’an.
Cahaya al-Qur’an itu akan aktif dan tidak tergantung kepada kita manusia. Semakin kita berilmu makan semakin mampu mendialogkan al-Qur’an sesuai dengan kapasitas ilmu kita. Seorang ulama wajib mendialogkan al-Qur’an sesuai dengan ilmu keulama’anya, sehingga mapu menggali cahaya al-Quran. Seorang dukun pun berdialig dengan al-Qur’an namun dengan cara-cara yabg diinformasikan oleh syaitan yang menjadi temannya, sehingga muncul khurafat, syirik dan sejenisnya.
5.       Karakteristik al-Qur’an
6.       Al-Qur’an dan perubahan realita kehidupan
Tulisan ini disampaikan dalam perkuliahan Qawaid Tafsir oleh Dr. Hasan el-Qudsy, M.A., M.Ed.

0 komentar:

Posting Komentar

thank you for your comment (شكرا)

  • Assalamu'alaikum wahai saudaraku kaum muslimin
  • Blog ini diperuntukkan sebagai media menyebarkan ilmu
  • Perjuangan menuju kemuliaan