Pendapat yang dikuatkan dengan tasriful kalimah dan
asal pengambilannya lebih utama untuk menafsirkan ayat.
Apabila
para mufasir berbeda pendapat dalam menafsirkan satu ayat kemudian ada salhsatu
pendapat yang dikuatkan oleh tasriful kalimah atau asal pengambilannya maka
pendapat tersebut adalah pendapat yang kuat untuk penafsiran ayat tersebut.
Karena tasrif dan isytiqok mengembalikan lafadz kepada aslinya, sehingga
lafadz-lafadz tersebut ma’nanya menjadi jelas dan ma’na-ma’na yang berakar atau
bercabang darinya.
Tasrif
; secara bahasa mengembalikan sesuatu dari satu keadaan kepada keadaan yang
lain, adapun secara istlah merubah dari satu asal kepada bentuk-bentuk yang
berbeda-beda untuk pengertian tertentu. Contoh:
ism fa’il, ismmaf’ul, ism alat dan lain-lain.
Isytiqoq, secara bahasa
adalah mengambil
sesuatu dari kiri
dan kanan huruf tersebut. Secara istilah: mengembalikan lafadz-lafadz kepada
yang lain karena ada kesesuaian atau kecocokan dalam huruf aslinya dan
kecocokan dalam ma’nanya.
Contoh aplikasi dalam
penafsiran Al-isro’:25:
terdapat kata (awwabiin) Kalimat
“awabin”
Para
mufsir berbeda pendapat dalam memberikan pengertian awabin diantaranya:
- Mereka adalah orang-orang yang bertasbih atau Mereka adalah orang-orang yang berbuat baik, atau
- Mereka adalah orang-orang yang melaksankan sholat antara magrib dan isya’, atau
- Mereka adalah orang-orang yang bertaubat. Makna inilah merupakan pendapat paling kuat karena isytiqok kalimat awab menunjukkan pada pengertian tersebut.
Tulisan
ini disadur dan disampaikan dalam perkuliahan Qawaid Tafsir di Pondok Shabran
oleh Dr. Hasan el-Qudsy, M.A., M.Ed.
0 komentar:
Posting Komentar
thank you for your comment (شكرا)