KAWAN MARI BERINTERAKSI LEBIH DEKAT DENGAN AL-QUR’AN
Kita perlu mengetahui dan memahai
betul Posisi dan fungsi al-Qur’an.
1. Al-qur’an
adalah wahyu dan Kalamullah (QS 4; 163)
2.
Al-Qur’an
bukan sekedar kitab suci (scripture) melainkan juga petunjuk (QS 2:2), Kabar
Gembira dan Rahmat (QS 31: 3)
Seringkali
realitas dalam kehidupan umat Islam memperlakukan atau berinteraksi dengan
al-Qur’an masih sebatas penghormatan yang
bersifat simbolis. Artinya, al-Qur’an masih sekedar dihormati seperti halnya
mengkultuskan sesuatu. Contohnya ketika al-Qur’an jatuh, terinjak kaki,
diletakkan pada tempat yang tidak semestinya seperti kamar mandi kita langsung
menaruhnya ke tempat yang suci. Perlakuan penhormatan itu semua tidaklah salah, namun apakah hanya
sebatas itu kita memperlakukan atau berinteraksi dengan al-Qur’an? Al-Qur’an
adalah Hudalinnas (petunjuk bagi manusia) sebagai wujud kasih sanyang Allah
supaya manusia tidak tersesat. Petunjuk al-Qur’an itu tidak akan berfungsi
kalau kita tidak bias memfungsikan, artinya al-Qur’an tidak akan mendapatkan
petunjuk itu dengan sendirinya tanpa berusaha menggalinya dan mendialogkan pada
problematika kehidupan.
Siapakah
yang mampu mendialogkan al-Qur’an itu? Ia ialah ar-Rijal (para ahli tafsir)
sehingga al-Qur’an mampu berdampak pada kehidupan. Jika al-Qur’an dibaca saja
tanpa tahu maksud dan berusaha memahaminya dengan membacakan dengan realitas
yang ada, maka al-Qur’an tidak berpengaruh pada kehidupan. Oleh karena itu
dengan anugrah akal yang dimiliki oleh manusia, harus digunakan secara tapat
dan benar dan semaksimal mungkin dalam memahami pesan langit atau kalamullah
yaitu al-Qur’an. Sehingga al-Qur’an mampu menjadi syifa’ (obet) atau pemberi
jawaban yang menjadi solusi problem ummat.
3. Al-Qur’an
ibarat catalog sebuah produk barang (Syaikh Sya’rawi)
Ketika
Allah dengan hikmahNya menciptakan alam semesta, logikanya Allah lah yang Maha
mengetahui, Maha menguasai bagaimana
cara merawat, menjaga, memperlakukan semesta ini. Oleh karena itu Allah
menurunkan catalog (KalamNya) sebagai panduan. Manusia harus mencari dan
menggali sedalam-dalamnya apa saja yang ada dalam pesan-pesan al-Qur’an
kemudian membuktikannya dengan alam Semesta ini.
4. Al-Qur’an
bagaikan mutiara (Abdullah Dairus dalam an-Naba’ al-Adzim)
Mutiara
jika dilihat dari mana saja pasti akan memancarkan cahaya. Selama ada ilmu yang
menjadi sudut pandang, al-Qur’an akan memancarkan cahaya, hidaya, petunjuk.
Kalau kita mengaku cinta kepada
al-Qur’an kita tidak boleh monoton dalam berinteraksi al-Qur’an. Kita harus
mendialogkan dengan kondisi yang ada pada zaman kontemporer sekarang ini. Kita
terus menggali sedalam-dalamnya dan sebanyak-banyaknya pesan-pesan yang
terkandung di dalamnya. Kita harus mampu membahasakan bahasa langin dengan
bahasa bumi sehingga al-Qur’an shhalih
likulli zaman wa makan (relefan dimanapun dan kapanpun). Dan kita wujudkan
konsep-konsep baru, ilmu-ilmu baru yang ada dalam al-Qur’an.
Cahaya
al-Qur’an itu akan aktif dan tidak tergantung kepada kita manusia. Semakin kita
berilmu makan semakin mampu mendialogkan al-Qur’an sesuai dengan kapasitas ilmu
kita. Seorang ulama wajib mendialogkan al-Qur’an sesuai dengan ilmu
keulama’anya, sehingga mapu menggali cahaya al-Quran. Seorang dukun pun
berdialig dengan al-Qur’an namun dengan cara-cara yabg diinformasikan oleh syaitan
yang menjadi temannya, sehingga muncul khurafat, syirik dan sejenisnya.
5. Karakteristik
al-Qur’an
6. Al-Qur’an
dan perubahan realita kehidupan
Tulisan ini
disampaikan dalam perkuliahan Qawaid Tafsir oleh Dr.
Hasan el-Qudsy, M.A., M.Ed.
0 komentar:
Posting Komentar
thank you for your comment (شكرا)